Salam Pembuka

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat datang di Blognya IMM UNESA LIDAH..... "Billahi Fii Sabili Al Haq Fastabiqul Khoirot"

Rabu, 21 September 2011

Bobroknya Remaja Masa Kini ; Sebuah Kajian Filsafat Etika

Masa remaja adalah masa yang penuh dengan badai dan topan, penuh pergolakan yang ditandai dengan berbagai konflik, tapi masa remaja juga merupakan  masa yang memesona, yang membuat kita terlena, yang dapat menghanyutkan kita, entah hanyut kemana. Karena, masa remaja merupakan masa di mana terjadi semua perubahan; meliputi perubahan psikis, fisik, tingkah laku, bahkan cara berfikir. Sehingga tidaklah salah kalau ada yang mengatakan bahwa remaja adalah proses perubahan dari kanak-kanak menuju dewasa, yang dinamakan dengan masa pubertas.
Remaja seringkali dipandang sebagai seorang yang hanya selalau berhura-hura, berfoya-foya, dan juga hanya mementingkan kesenangan hawa nafsunya. Sehingga timbul pertanyaan tentang persepsi masyarakat itu; benarkah semua orang yang dinamakan remaja bersikap seperti itu???? Apa benar pandangan masyarakat tentang remaja itu, seperti itu?. Banyak pendapat untuk menjawab persepsi masyarakat ini.
        Memang kadang kala masyarakat menilai remaja itu merupakan biang anarkisme. Tapi, banyak juga remaja yang tidak melakukan hal yang dianggap masyarakat ‘anarkis’. Tergantung mereka melihat hal itu dari sudut pandang yang mana. Kalau dari pemikiran masyarakat, masyarakat sudah mengangap bahwa remaja serba salah, maka apapun yang diperbuat oleh para remaja walaupun itu baik, maka tetap saja dianggap masyarakat tidak baik.
Ir. Soekarno pernah berkata, ambilkan aku 50 remaja (pemuda), maka aku akan dapat mengubah  dunia. Dengan pandangan yang dimiliki oleh bung Karno ini, dapat dipetik pelajaran bahwa remaja (pemuda) itu tidak selamanya hanya akan berbuat anarkis. Namun, apa kenyataan di masyarakat seperti begitu??. Pelajar yang di mayoritasi oleh remaja, banyak yang melakukan perbuatan anarkis, tindak kriminal, penyalahgunaan narkoba, seks bebas, dan sebagainya. Mungkin saja hal inilah yang dijadikan oleh masyarakat untuk menilai sikap remaja.
Sering kali remaja melakukan beberapa tindakan yang tergolong ke dalam tindak anarki, tindak kriminal, penyalahgunaan narkoba, seks bebas, dan sebagainya. Jadi siapa yang bersalah dan harus disalahkan??? memang sih tidak ada yang dapat ditunjuk sebagai oknum yang bersalah. Tapi, mungkin kita sedikit banyak dapat mengambil pelajaran mengapa para remaja berlaku seperti itu, yang menjurus ke dalam perbuatan negatif.
Ada beberapa faktor yang memicu tingkah laku remaja masa kini, yakni:
1.              Rasa Keingintahuan yang Tinggi
Seorang remaja seringkali mencoba-coba hal-hal baru yang belum pernah mereka rasakan. Rasa keingintahuan mereka yang tinggi membuat mereka terdorong untuk berbuat atau bertingkah sesuai keinginan emosi dan hawa nafsu mereka. Mereka akan melakukan apa saja demi pemenuhannya terhadap rasa penasarannya yang tinggi.
Bila rasa penasaran atau rasa keingintahuan yang tinggi itu bersifat positif maka yang dihasilkan adalah sebuah tindakan atau perbuatan yang baik, dan sebaliknya jika keingintahuannya itu bersifat negatif maka hasilnya tentu saja kebobrokkan semata.
2.              Amarah yang Meledak-Ledak
Pada masa remaja kondisi emosional mereka masih sangat labil, mereka belum bisa mengontrol emosi mereka sehingga ketika ada hal kecil saja yang dapat memicunya maka amarahnya akan meledak-ledak.
Kata H. Rhoma Irama dalam salah satu syair lagunya, beliau mengatakan bahwadarah muda, darahnya para remaja. Sebenarnya, dalam diri para remaja, khususnya pada usia belasan, terjadi pertempuran dahsyat yakni antara nafsu positif (annafsu muthmainah) dengan nafsu negative (annafsu madzmumah). Bila nafsu positif yang menang, maka si remaja itu akan mempunyai akhlaq yang baik juga. Tapi jika yang menang adalah nafsu yang negatif, maka si remaja tersebut akan berperilaku anarki.
3.              Kurangnya Perhatian dari Keluarga dan Lingkungan Sekitar
Dalam lingkungan keluarga inilah faktor utama pembentuk kepribadian anak. Khususnya dalam hal kebersamaan antar anggota keluarga. Tapi, kebanyakan dari orang tua tidak memikirkan hal itu. Pokoknya mereka sudah mencukupi si anaknya dengan asupan kecukupan material, sehingga tidak sedikit orang tua yang hanya menitipkan anaknya ke bangku sekolahan. Padahal, mereka di sekolah hanya beberapa jam, hanya sekitar 7-8 jam mereka dalam pengawasan Bapak/ibu guru, dan setelah dia sampai di rumah, apa yang mereka lihat. Tidak ada seorangpun, kecuali nenek/kakek, dan juga pembantu, kalaupun itu ada.
Sehingga, tidak salah kalau mereka mencari kesenangan sendiri di luar rumah yang memungkinkan masuknya pengaruh-pengaruh buruk, dikarenakan selektifitas teman belum maksimal, sehingga kadang kala mereka belum bisa membedakan mana teman yang berpengaruh baik dan mana teman yang berpengaruh buruk baginya.
4.              Media Masa
Media masa sangat berpengaruh, pasalnya seringkali remaja meniru apa yang ada di media masa, sebab seluruh informasi mengenai hitam-putihnya dunia ada di media masa. Namun pada masa remaja ini mereka belum benar-benar mampu memfilter atau memilah-milah mana hal yang patut ditiru dan mana yang tidak pantas untuk ditiru.
5.              Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi yang sangat pesat, memunculkan berbagai produk-produk baru yang membuat para remaja merasa harus memilikinya, seperti halnya Handphone, Laptop, i-pad, motor, mobil mewah, dsb.
Keinginan yang kuat untuk memiliki produk-produk hasil teknologi mutakhir tersebut membuat remaja berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Kadang kala mereka sampai rela untuk melakukan apa saja demi memperoleh produk yang diinginkannya. Banyak yang telah terjerumus sampai dengan menjual hargadirinya hanya untuk memenuhi keinginannya terhadap suatu produk. Banyak pula yang nekad mencuri, merampok dan tindak-tindakkan yang negatif lainnya untuk memenuhi keinginannya tersebut.
Perkembangan teknologi dibidang informasi juga mampu memicu mereka untuk berbuat negatif. Seperti halnya internet, melalui internet mereka bisa mengakses semua informasi yang mereka butuhkan, karena dorongan keingintahuan mereka yang tinggi, kadang kala mereka mencari-cari hal-hal yang tak seharusnya dicari.
6.              Jauh dari Agama
Agama adalah, salah satu sarana untuk menumbuhkan akhlaq yang baik. Jika anak tidak ditanamkan pada dirinya akhlaq yang baik, maka dia tidak akan dapat memilih mana pergaulan yang baik dan mana pergaulan yang kurang sehat.
Seseorang yang memiliki landasan agama yang kuat, maka ia akan bisa memfilter mana hal-hal yang baik dan mana hal-hal yang buruk. Mereka akan selalu berpegang teguh pada agamanya ketika menjumpai suatu hal yang negatif dan bertentangan dengan norma-norma yang ia dapatkan dari agamanya.
Beberapa hal di atas sangat mempengaruhi proses pencarian jati diri mereka, atau seringkali kita mengatakan masa kepompong.
Jika masa remaja dianalogikan sebagai ulat, maka siapakah kepompongnya?
Kepompong adalah salah satu fase yang harus dilalui oleh ulat untuk memperoleh tingkat kedewasaan yakni menjadi kupu-kupu. Jadi kepompong di sini adalah lingkungan pendidikan, bisa berarti keluarga, masyarakat sekitar atau bangku sekolah atau kuliah.
Ada yang mengatakan kepompong adalah balutan selendang kasih sayang orangtua yand dikaitkan menjadi ayunan cinta pada pendidikan dan agama yang diiringi nyanyian merdu para pengajar atau pendidik, sehingga nyamanlah ulat yang ada didalamnya. Namun kepompong itu harus diletakkan dipohon yang kuat, yang aman, dan tidak ada huru-hara.
Lingkungan keluarga yang harmonis didukung oleh masyarakat yang tentram serta bangku sekolah atau kuliah yang baik maka akan menghasilkan generasi yang baik pula sedangkan sebaliknya lingkungan keluarga yang tidak harmonis, masyarakat yang tidak bersahabat serta bangku sekolah atau kuliah yang kurang baik akan menghasilkan generasi yang bobrok.
Lalu siapa yang harus disalahkan? Kepompong ataukah ulatnya?
Kita tidak seharusnya saling menyalahkan, yang harus kita lakukan ialah, memperbaiki apa yang telah terjadi. Dengan usaha-usaha perbaikan diri yang didukung dari segenap pihak yang berperan aktif di dalamnya.
Remaja itu butuh para pemimbing untuk menemukan jati diri mereka, oleh karena itu para orang tua, lingkungan masyarakat dan segenap pihak-pihak yang saling berhubungan diharapkan peran sertanya untuk menunjukkan seperti apa hal-hal yang patut untuk dilakukan remaja dan mana hal-hal yang tak sepantasnya untuk dilakukan.

3 komentar:

  1. jangan salahkan kami . . !!!!!!!!!!

    BalasHapus
  2. lalu salah siapa ya?

    BalasHapus
  3. krisis air.. eh, maksudnya krisis iman mgkn y.. bkn salah siapa2 dan bkn saatnya untuk saling tuding bung..waktunya indonesia berbenah menuju kemajuan, bukan berkembang terus tak tentu arah.. dan itu dimulai dari pemudanya.. ya anda-anda ini.. hehee.. semangaaaatt!!! :D

    BalasHapus